Dari
akar kata pimpin, kita dapat menemukan 2 kata baru yaitu pemimpin dan
kepemimpinan. Dua kata ini selanjutnya menjadi sesuatu yang tak terpisahkan,
karena dimana terdapat pemimpin disitulah kita bisa menemukan apa yang
dinamakan kepemimpinan. Banyak sekali definisi tentang kepemimpinan, namun jika
diambil benang merah dari kesemua defenisi tersebut, mereka selalu membicarakan
kepemimpinan sebagai suatu proses, tindakan, atau karakter
dan kemampuan tertentu seseorang dalam memimpin. Dari beberapa
definisi yang ada, saya mencoba merangkum pengertian-pengertian tersebut dan mendefinisikan Kepemimpinan sebagai suatu proses dimana seorang pemimpin
dengan kekuatan pengaruhnya mampu menggerakkan orang lain atau sekelompok orang
dalam mencapai tujuan. Dari pernyataan ini dapat kita simpulkan bahwa
kepemimpinan adalah tindakan, dan bukanlah semata-mata sebuah jabatan. Leadership is action not position.
sehingga dimanapun anda berada dan apapun kedudukan anda, anda bisa menjelma
sebagai seorang pemimpin. Dapat kita simpulkan pula
bahwa seorang pemimpin adalah orang yang memiliki karakter spesial sehingga dia
memiliki kekuatan pengaruh yang besar (Di akhir artikel ini akan kita bahas
juga tentang 5 level kepemimpinan yang akan banyak menyoroti berbagai tipe
pemimpin)
Jika siapapun bisa menjelma menjadi pemimpin, lalu
apakah kita juga salah satu diantara mereka ?
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”
(Nabi Muhammad SAW)
“Memimpin diri sendiri adalah prasyarat untuk memimpin orang lain”
(Filsuf Cina Confucius)
“Mengenali hal-hal lain adalah kecerdasan, mengenali diri sendiri adalah
kearifan sejati. Menguasai orang lain adalah suatu kekuatan, menguasai diri
sendiri adalah kekuatan sejati”
(Filsuf Cina Lao Tzu)
Jika
kita berbicara tentang kepemimpinan, ada baiknya kita membicarakan kepemimpinan
dalam lingkup yang lebih sempit, yaitu bahwa kepemimpinan adalah fitrah setiap
manusia yang ada di muka bumi. Kenapa bisa begitu ? karena setiap manusia minimal harus dapat
memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Banyak kita melihat
disekitar kita seorang pemimpin yang tidak berhasil, gagal dalam
kepemimpinannya, kenapa? karena mereka telah berupaya memimpin orang lain
terlebih dahulu sebelum memimpin dirinya sendiri. Pada dasarnya mereka bukanlah
pemimpin yang sebenarnya. Kerancuan ini disebabkan ada banyak hal yang
menyebabkan seolah-olah seseorang adalah pemimpin, seperti jabatan, anak buah,posisi dalam suatu
departemen, negara dll. Namun apakah
ketika seseorang memiliki itu semua, mereka bisa disebut pemimpin? inilah yang
bisa kita sebut dengan Pseudoleadership (kepemimpinan semu),
karena pada dasarnya mereka bukan pemimpin yang sebenarnya, mereka hanya patut
disebut manajer, boss.
Arvan Pradiansyah dalam bukunya You are a
Leader menyebutkan bahwa konsep kepemimpinan dapat dirumuskan dalam satu
kalimat “Leadership is a
choice”. Ketika seseorang
menyadari bahwa dia dihadapkan pada pilihan maka pada saat itu juga dia telah
menjadi seorang pemimpin. Kenapa begitu? Karena ketika seseorang menyadari
bahwa dia mempunyai pilihan, maka seketika itu seseorang berubah dari objek menjadi subjek, dari kondisi tidak
berdaya Powerless menjadi
Powerful. Sebagai contoh mari kita amati kata-kata berikut : “Saya harus mengikutinya” dengan “ Saya akan
mengikutinya”, kalimat kedua tampak lebih powerful dibanding kalimat pertama, tampak bahwa kita adalah yang
berkuasa atas diri kita sendiri dan tidak dalam kendali orang lain, sutradara
bagi kehidupan kita sendiri. Namun meskipun kita bebas menentukan pilihan
tindakan kita, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap tindakan memiliki
konsekuensi.
“ Walaupun kita bisa memilih tindakan kita, tetapi kita tidak bisa
dengan bebas memilih konsekuensi tindakan kita”
(Stephen R Covey)
Jika
kita mengamati disekeliling kita, maka kita akan menemukan bahwa pilihan
tindakan yang dilakukan seseorang sebagai bentuk respon terhadap suatu kjadian yang
dihadapinya pada umumnya berorientasi pada 4 kebutuhan di bawah ini.:
1. Mengutamakan kebutuhan fisik, yaitu orang-orang
dengan pilihan ini sangat mengutamakan hal-hal yang berbau materi, mengutamakan
penampilan luar.
2. Mengutamakan kebutuhan sosial dan emosional., yaitu orang-orang
dengan pilihan pada umumnya senang bersosialisasi, bergaul, memiliki banyak
kawan.
3. Mengutamakan kebutuhan belajar, yaitu orang-orang
dengan pilihan ini senantiasa tumbuh dan berkembang, mereka senantiasa melihat
hidup ini sebagai kesempatan belajar. Mereka adalah Life long learner (pembelajar seumur hidup)
4. Mengutamakan kebutuhan spiritual, yaitu orang-orang
dengan pilihan ini senantiasa melakukan pencarian makna dan tujuan hidup di
dunia.
Dan orientasi
pilihan mana yang terbaik? 1&2 saja tidak bisa membuat kita menjadi
berkedudukan terhormat sepenuhnya , coba lihat para koruptor yang sedang
mendekam di penjara. No 3&4 saja juga tidak mampu menjadikan diri kita
manusia sempurna, karena tidak bisa
dipungkiri kita juga membutuhkan no1&2. Maka pilihan yang bijaksana adalah
ketika kita merangkum ke4 orientasi di atas.
Kita memang bisa memilih
tindakan yang akan kita lakukan sebagai bentuk respon suatu kejadian, namun
sayangnya kita tidak bisa memilih kejadian yang akan menyapa kita. Seorang
pemimpin akan menyadari hal tersebut, mereka menyadari bahwa dia tidak dapat mengntrol stimulus yang masuk, tetapi dia selalu dapat
mengontrol respon yang akan dia berikan, dengan demikian dia tidak akan
membiarkan perasaan dan emosi mempengaruhi keputusannya.
“Ada kesenjangan atau ruang diantara stimulus dan respon, dan kunci bagi
pertumbuhan maupun kebahagiaan kita adalah bagaimana kita menggunakan ruang
tersebut”
(Viktor E Franki)
inti
kepemimpinan adalah menyadari bahwa kita memiliki ruang diantara stimulus yang
datang dan respon yang akan kita berikan, dan kita mampu menggunakan ruang
tersebut untuk berpikir. Adanya kesadaran akan ruang tersebut sangatlah
penting, karena itu berarti Kontrol/Pengendalian ada di tangan kita.
Pada level yang lebih
tinggi, seorang pemimpin tidak hanya mampu mengendalikan, mengelolah
respon, tetapi mereka bertindak lebih proaktif yaitu menciptakan stimulus
sendiri. Dan bagaimana menciptakan stimulus?kita bisa lakukan dengan memperluas
lingkaran pengaruh kita. Semakin kita memiliki
pengaruh terhadap orang disekitar kita, lingkungan sekitar kita maka stmulus
bisa diciptakan. Misalkan : jika anda seorang pegawai rendahan biasa tentunya
sangat susah membuat kebijakan-kebijakan terkait perusahaan tempat anda
bekerja, yang mungkin secara ekonomi kebijakan itu bisa dan tepat sasaran untuk
dilaksanakan. Tetapi hal ini sangan berbeda jika anda adalah salah satupimpinan
di perusahaan tersebut, anda bisa membuat dan melaksanakan kebijakan-kebijakan
baru yang sangat menguntungkan perusahaan. Dalam hal ini kekuasaan bisa
dipandang sebagai sesuatu yang baik bukan hal yang buruk, materialistis dsb. Nah
pada level inilah pengertian kepemimpinan dalam lingkup yang lebih luas di atas bisa terlaksana, yaitu bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses dimana seorang pemimpin dengan kekuatan
pengaruhnya mampu menggerakkan orang lain atau sekelompok orang dalam mencapai
tujuan.
“If you're proactive, you don't have to
wait for circumstances or other people to create perspective expanding
experiences. You can consciously create your own.”
(Stephen R Covey)
nah jika sekarang
kita telah sampai pada pembahasan tentang kepemimpinan dalam lingkup lebih luas
(bukan sekedar sebagai fitrah manusia sebagai pemimpin diri sendiri), maka
untuk lebih memahami lagi, berikut saya tampilkan 5 level kepemimpinan oleh
John C Maxwell :
5 Level dalam Kepemimpinan
(John
C maxwell)
Menurut
Maxwell tingkatan-tingkatan ini layaknya sebuah bangunan. Setiap level yang
lebih tinggi didasari level-level dibawahnya, sehingga seseorang harus melalui
level-level ini layaknya sebuah anak tangga. Anda tidak bisa berada pada level
ke 3 jika anda belum menguasai level 2, begitu seterusnya.
Kepemimpin Level 1 : POSITION
Ini
merupakan level terendah dalam kepemimpinan. Pada level ini seorang leader
menggerakkan, mempengaruhi orang-orang berdasarkan posisinya, jabatannya. Orang-orang
yang memimpin masih pada level ini lebih tepat dikatakan sebagai BOSS, MANAJER bukan sebagai seorang PEMIMPIN (LEADER), atau berdasarkan
penjelasan saya di atas kita bisa menyebut posisi kepemimpinan ini sebagai PSEUDOLEADERSHIP (Kepemimpinan semu). Pada level ini People
follow because they have to, orang-orang mengikuti pemimpinnya karena
mereka harus, karena mereka terikat dengan aturan-aturan
institusi,kewajiban-kewajiban sebagai seorang karyawan. Nothing is wrong with having a leadership position.
Everything is wrong with using position to get people to follow. Pada
dasarnya tidak ada yang yang salah dengan posisi, jabatan sebagai seorang
pemimpin, yang salah adalah jika kita menggunakan posisi, jabatan kita untuk
mempengaruhi, menggerakkan orang lain.
Pada
level ini pemimpin cenderung tidak menyukai bekerja dengan orang-orang yang
lebih muda, berpendidikan tinggi, berwawasan luas, siap menjadi seorang
volunteer (pemula) di setiap kondisi, kenapa ? karena mereka akan cenderung
independen. Pada level ini juga seorang pemimpin akan kesusahan jika menginkan
usaha ekstra, waktu ekstra dari pengikutnya untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, karena pengikutnya cenderung melakukan pekerjaan sesuai apa yang
menjadi kewajibannya saja sesuai aturan yang berlaku. Namun level 1 ini bisa
menjadi kunci pembuka untuk menuju level-level diatasnya, sehingga jika anda
merasa masih berada pada level ini segera bergerak menuju level berikutnya.
Kepemimpin Level 2 : PERMISSION
Pada
level ini, sesorang sudah benar-benar membuat langkah pertamanya dalam
kepemimpinan, bukan sekedar PSEUDOLEADERSHIP (Kepemimpinan
semu) seperti pada level sebelumnya. Kenapa? Karena bicara
tentang Leadership adalah bicara tentang
pengaruh seorang leader dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya,
dan pada level ini seorang leader telah
mampu menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya dengan pengaruhnya, yaitu relationship yang telah bangunnya.
Membangun Relationship adalah fondasi
yang baik untuk memimpin orang lain. Pada level ini people follow because they want
to, orang-orang mengikuti pemimpinnya karena memang mereka mau
melakukannya.
Ketika
seseorang merasa disukai, diperhatikan, diakui keberadaannya, dipercayai, maka
disnilah relationship mulai
terbangun, dan mereka akan mulai bekerja bersama pemimpinnya, mengikuti arahan
pemimpinnya, dan bekerja bersama tim untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan
tanpa paksaan dan melakukannya dengan kesadaran serta keinginan mereka sendiri.
Kepemimpinan level 3 : PRODUCTION
Pada
level ini people follow because of what you have done for the organization, orang-orang
akan mengikuti karena apa yang telah dihasilkan pemimpinnya, prestasi kerjanya.
Seorang leader yang baik mampu membuat segalanya menjadi mungkin, dan pada level ini
para pemimpin tersebut bukan hanya sekedar produktif dan penuh motivasi sebagai
individu, tetapi dia juga mampu menggerakkan, suatu tim untuk menjadi produktif,
mampu menyebarkan virus produktif dan motivasinya kepada orang lain, sehingga
membuat tim yang dibawahinya semakin hebat dan kuat. Para pemimpin pada level
ini telah mampu memberikan kontribusi-kontribusi yang bernilai bagi suatu
organisasi. Kemampuan-kemampuan ini memberikan para pemimpin pada level ini
kepercayaan diri, kredibilitas yang mumpuni, dan tentu saja meningkatkan
pengaruhnya. Namun kecerdasan, skill yang mumpuni, dan kehebatan-kehebatan
lainnya tentu belum lengkap jika kita mengabaikan faktor Relatonship yang ada pada level 2.
Kepemimpinan level 4 : PEOPLE DEVELOPMENT
Setelah
melalui level ke 3, maka para pemimpin ini dapat bergerak menuju level ini.
Level dimana bukan hanya prestasi kerja saja yang menjadi fokus mereka, tetapi
juga bagaimana menyiapkan pemimpin-pemimpin baru. Pada era seperti saat ini being good (menjadi baik) saja tidak
cukup, suatu perusahaan, institusi harus bergerak menjadi Being great (menjadi hebat), maka dari itu seorang leader harus
menyiapkan pemimpin-pemimpin baru yang mumpuni untuk keberlanjutan perusahaan,
untuk menuju kondisi Great company.
Pada level ini pemimpin-pemimpin tersebut menginvestasikan waktu, uang, tenaga,
pikirannya untuk menumbuhkan pemimpin-pemimpin baru. Mereka melihat semua
orang, menilai potensinya untuk tumbuh dan memimpin dengan mengabaikan umur,
pengalaman, titel,kedudukan/jabatannya. Pada level ini People follow you because of what you have done for them
Kepemimpinan level 5 : PINNACLE
Ini
merupakan level tertinggi dari suatu kepemimpinan. Jarang sekali seorang
pemimpin bisa sampai pada level ini. Level ini membutuhkan kemampuan leadership yang bisa dikatakan antara
bakat alam dan skill yang didapat selama periode waktu yang cukup lama. Pada
level ini seorang peimpin sudah memimpin dengan sangat baik dalam waktu yang
lama dan meninggal kesan mendalam akan kepemimpinannya. Nama anda sudah
bagaikan legend di telinga, mata banyak orang.Pada level ini People
follow because of who you are and what you represent, orang-orang mengikuti
karena siapa anda.
Jadi di manakah posisi
kepemimpinan anda sekarang ?
Sekali lagi, berbicara
kepemimpinan bukanlah tentang suatu jabatan atau posisi. Jabatan ataupun posisi mungkin
bisa menjadi kunci menuju kesana, namun bukan selamanya hal tersebut adalah
kunci utamanya. Hal terpenting adalah bagaimana anda mengembangkan diri sebaik
mungkin untuk menjadi pemimpin, dan hal tersebut diawali dengan memimpin diri
anda sendiri. Saran saya jika anda telah menikmati tulisan saya ini, anda bisa membaca tulisan saya sebelumnya yang cukup banyak
berhubungan dengan topik ini, yaitu Re
code your change DNA. Good luck.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comments here...^^